Jakarta (ANTARA) – Pemerintah negara bagian California, Amerika Serikat, memutuskan bahwa izin penjualan Tesla perlu ditangguhkan selama 30 hari karena penggunaan istilah yang dinilai menyesatkan dalam pemasaran fitur Autopilot dan Full Self-Driving (FSD).
Arena EV, Rabu (17/12), menyebut keputusan tersebut dikeluarkan setelah Departemen Kendaraan Bermotor (DMV) California menilai Tesla menggunakan bahasa promosi yang dapat membuat konsumen mengira kendaraan listrik buatannya mampu mengemudi sepenuhnya tanpa campur tangan manusia.
Padahal, teknologi tersebut masih memerlukan pengawasan aktif dari pengemudi.
Baca juga: Regulator California Sebut Tesla Kelabui Konsumen
Meski menyetujui rekomendasi penangguhan izin penjualan selama 30 hari, DMV belum langsung menutup showroom Tesla di California. Otoritas setempat memberikan masa tenggang selama 90 hari kepada Tesla untuk memperbaiki materi iklan dan pemasaran.
Jika perusahaan menghapus klaim yang dinilai menyesatkan serta memperbarui penamaan produknya agar lebih akurat, sanksi penangguhan dapat dihindari.
Direktur DMV California Steve Gordon menyatakan negara bagian hanya menginginkan Tesla memasarkan produknya secara jujur dan sesuai fakta, sebagaimana yang telah dilakukan perusahaan tersebut di sejumlah negara lain.
California merupakan pasar strategis bagi Tesla karena menyumbang hampir sepertiga dari total penjualan Tesla di Amerika Serikat. Penangguhan izin penjualan secara penuh berpotensi memberikan dampak signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Selain sebagai pasar utama, California juga menjadi lokasi pabrik Tesla di Fremont yang memproduksi Model S, Model X, serta model dengan volume produksi besar seperti Model 3 dan Model Y.
DMV saat ini masih menangguhkan keputusan terkait izin manufaktur Tesla tanpa batas waktu. Tapi, risiko terhadap penjualan kendaraan tetap terbuka jika perusahaan tidak mematuhi ketentuan yang diminta regulator.
Pokok sengketa hukum itu berfokus kepada batas kemampuan teknologi kendaraan dalam mengemudi secara mandiri.
Baca juga: Tesla tunda chip AI5 hingga 2027 sebabkan fitur swakemudi penuh mundur
Menurut DMV, istilah seperti Full Self-Driving dapat menimbulkan persepsi bahwa kendaraan mampu beroperasi sepenuhnya tanpa pengemudi, padahal sistem tersebut hanya merupakan teknologi bantuan mengemudi tingkat lanjut.
Sistem itu dapat membantu mengarahkan kemudi, mengerem, dan berpindah jalur, namun pengemudi tetap harus waspada dan siap mengambil alih kendali kapan saja.
Sebagai respons atas kritik tersebut, Tesla baru-baru ini menambahkan kata supervised (dalam pengawasan) pada penamaan FSD. Tapi, regulator menilai langkah tersebut belum cukup untuk memastikan konsumen benar-benar memahami keterbatasan teknologi yang ada.
Tesla melalui tim kuasa hukumnya menyatakan perusahaan tidak pernah menyesatkan konsumen dan selalu menegaskan bahwa pengemudi wajib memegang kemudi serta memperhatikan jalan.
Kendati demikian, tantangani muncul di tengah perlambatan permintaan kendaraan listrik akibat berakhirnya sejumlah insentif pajak pemerintah.
Tesla kini memiliki waktu 90 hari untuk mengajukan banding atau menyesuaikan materi pemasarannya sesuai permintaan regulator. Apabila gagal memenuhi ketentuan tersebut, sanksi penangguhan izin penjualan selama 30 hari akan diberlakukan.
Baca juga: Nissan akan uji layanan mobil otonom di wilayah wisata Kobe
Baca juga: Menuju 2040, China targetkan 80 persen NEV & kendaraan otonom level 4
Baca juga: AS setujui mobil otonom tanpa setir dan tanpa pedal dari Zoox
Pewarta: Farhan Arda Nugraha
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2025











